“Mulai hari ini, Bunda pilih naik kereta api sajalah ke mana-mana, nyaman ternyata. Anti macet, bisa istirahat cukup, dan bisa jalan-jalan kalau badan pegal, hahaha…”
Begitulah kurang lebih
kalimat yang saya sampaikan pada anak-anak sepulang perjalanan luar kota.
Sebenarnya ini bukan perjalanan pertama naik kereta, sebab di usia kurang lebih
lima tahun saya pernah naik kereta dari kota kecil Ngawi ke Jakarta. Namun
tidak banyak yang bisa saya kenang di usia balita itu. Saya bisa mengingat
hamparan sawah, rumah-rumah penduduk, serta ramainya lalu lintas di luar
jendela kaca kereta api, sementara di gerbong kereta saya bisa tiduran sambil
memegang botol susu, kala itu.
![]() |
Sumber Foto: Dokumen pribadi. Kebersihan terjaga di hampir semua stasiun pemberhentian. |
Ada lekat yang menempel
di ingatan hingga kini, yakni riuh pedagang sepanjang lorong gerpong, belum
lagi jika ada penumpang di ujung depan memanggil pedagang di belakang atau pun
sebaliknya. Berisik! Bertambah bising jika para penumpang kompak mengeluh
kepanasan di dalam kereta. Sekeping pengalaman kurang menyenangkan dalam kereta
ekonomi, di masa kecil itu, ternyata memberi dampak tersendiri bagi saya
tentang perjalanan kereta. Naik kereta
api jarak jauh itu tidak nyaman, kalimat ini rupanya berdiam lama di alam
pikiran saya.
Sejak itu saya enggan
naik kereta api. Saya lebih memilih kendaraan umum walaupun sebenarnya naik bus
atau mini bus sama berisiknya dengan kereta api jaman kecil dulu. Entah mengapa
ada saja rasa gamang jika akan naik kereta api. Bertambah khawatir dan berujung
ketakutan setiap teringat peristiwa luar
biasa hebat yang memakan banyak korban beberapa waktu silam. Menurut sumber
informasi di fan page kereta api kita, per Agustus 2017 tercatat 266 kecelakaan
lalu lintas di pelintasan sebidang. Sementara itu data jumlah penumpang kereta
api selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sumber data di Badan Pusat Statistik
mencatat terjadi kenaikan jumlah penumpang dari tahun ke tahun. Artinya,
tanggung jawab PT Kereta Api Indonesia terhadap keselamatan jiwa para penumpang
kereta jauh lebih berat.
Namun rupanya segala
bentuk ketakutan naik kereta itu mendadak lenyap oleh sebuah perjalanan dari
Jakarta ke Blitar beberapa waktu silam. Ini pun berawal dari “keterpaksaan”.
Saya dijadwalkan harus mengisi acara siang hari di Blitar. Jika naik pesawat
dari Jakarta turun Surabaya atau Malang, saya masih harus melanjutkan
perjalanan darat ke Blitar. Sementara hari berikutnya di jam yang sama sudah
harus berada di Jogjakarta. Belum-belum saya sudah membayangkan lelahnya dalam
kemacetan dan kurangnya istirahat. Akhirnya saya memutuskan naik kereta.
Kemudahan
Fasilitas
Tiket kereta saya
dapatkan dari membeli tiket online di
sebuah swalayan yang sudah bekerja sama dangan PT Kereta Api Indonesia. Cukup
menyampaikan kota tujuan pada karyawan
swalayan maka munculah sederet nama kereta beserta waktu keberangkatan. Saya
menyebut salah satu nama kereta ekonomi,
lalu karyawan meminta data kartu identitas serta nomor telepon saya yang
bisa dihubungi, maka sebentar saja saya sudah memegang bukti pembayaran tiket
kereta. Semudah ini proses membeli tiket
kereta, batin saya heran.
Kereta api yang saya
naiki berangkat dari stasiun Pasar Senen pukul 12.00 wib. Saya ikut mengantri
pemeriksaan tiket. Saat menyodorkan selembar kertas pada petugas di stasiun,
saya diminta mencetak tiket terlebih dahulu. Owh, jadi tiket sementara dari
swalayan harus dicetak dulu. Baiklah. Seorang petugas keamanan stasiun memberi
arahan tempat cetak tiket. Setengah berlari saya menuju tempat itu. Sampai di
lokasi cetak tiket, saya celingukan. Ini bagaimana mencetaknya. Lagi-lagi
seorang petugas di stasiun membimbing hingga saya bisa mencetak sendiri tiket.
Alhamdulillah lancar. Ini benar-benar pengalaman baru, saya belum pernah
melakukan perjalanan kereta sebelumnya, belum pernah melakukan proses pembelian
tiket kereta itu seperti apa. Kemudahan fasilitas dan keramahan petugas di
stasiun melancarkan urusan.
Setibanya di dalam
gerbong dan menemukan tempat duduk, saya serupa anak kecil yang melihat mainan
baru. Benar-benar baru! Setiap sisi kereta saya amati satu-persatu. Ruangan
gerbong cukup bersih. Barang bawaan penumpang berjajar rapi di atas tempat
barang. Penumpang duduk tertata di tempatnya, tak ada yang mencoba menggelar
tikar di bawah kursi atau tiduran di lorong sehingga menyusahkan siapa pun yang
melewatinya. Tak tampak satu pun pengamen atau pedagang dalam kereta kecuali
pegawai yang menawarkan makanan, minuman, atau sewa bantal. Udara di dalam
kereta cukup sejuk, tak ada suara berteriak kepanasan. Seperti bumi dan langit
jika saya sandingkan dengan kenangan berkereta di masa lampau.
Pengalaman berkereta ke
Blitar itu mendorong perjalanan kereta berikutnya dan saya mulai menikmatinya. Pernah
saya harus ke Ngawi untuk sebuah urusan. Saya kembali memilih naik kereta. Dari
Jakarta sore, sampai di Ngawi dini hari. Seharian menyelesaikan urusan,
malamnya pukul 24.00 wib kembali bertolak ke Jakarta naik kereta. Begitu pula
saat harus ke Blitar lagi. Berangkat dari Jakarta petang, sampai di Blitar pagi
hari. Siangnya bertemu dengan sejumlah relasi. Petang di hari yang sama, melanjutkan
perjalanan kereta ke Jogjakarta. Tiba di Jogjakarta jelang pagi, siang
menjalankan agenda, malamnya kembali ke Jakarta. Sepanjang perjalanan saya bisa
istirahat nyaman di dalam kereta executive.
Semakin
Nyaman
Saat melakukan perjalanan
kereta pertengahan bulan Agustus 2017 dari Semarang ke Jakarta, saya sempat
ragu saat sudah berada di pintu gerbong. Biasanya duduknya per area, kenapa
sekarang sebagian ‘duduk maju’ dan sebagian ‘duduk mundur’?
“Betul, ini kereta
tujuan Jakarta yang Ibu maksud,” terang petugas saat saya memastikan.
Saya kembali mengamati
setiap sudut. Ini bukan kali pertama naik kereta yang sama, namun sebagian
interior memang telah berubah; tersedianya tempat minum khusus di depan
masing-masing kursi penumpang, tirai jendela yang bisa ditutup atau dibuka
sesuai keinginan penumpang, serta tayangan visual yang lebih bisa dinikmati.
Dan, ada satu kenyamanan lagi, yaitu, tiadanya pemeriksaan tiket manual di atas
kereta. Entah mengapa sejak awal naik kereta, saya kurang nyaman jika petugas
mulai memeriksa tiket penumpang satu persatu di atas kereta. Apakah tidak ada cara pemeriksaan tiket
lebih efisien sehingga penumpang lebih nyaman? Begitulah kira-kira
pertanyaan dalam hati saat itu dan sekarang telah terjawab. Tak ada lagi
pemeriksaan tiket yang mengharuskan tiap penumpang menunjukkan tiketnya di atas
kereta. Wow! Semakin jatuh cinta pada perjalanan kereta.
Penumpang
Setia Kereta
Kesetiaan naik kereta
ini bukan hanya saat perjalanan luar kota. Ketika ada kepentingan di wilayah
Jabodetabek pun, saya lebih memilih naik commuter
line. Dahulu sebelum mengetahui jadwal kepadatan commuter line, saya kerap tergencet di antara penumpang. Guna
menghindari desakan penumpang commuter
line yang kadang cukup memprihatinkan, saya kerap memilih menghindari
jam-jam padat, yaitu saat berangkat atau pulang kerja karyawan.
![]() | |
Sumber Foto: Dokumen pribadi. Lengang. Saya sering menghindari jam-jam padat commuterline |
Seperti halnya kereta
api jarak jauh, saya juga merasakan kenyamanan di commuter line. Udara sejuk, lantai bersih, serta petugas keamanan
yang selalu siap membantu penumpang. Biasanya saat penumpang kebingungan menentukan
kereta jurusan berikutnya, maka si petugas akan membantu menjelaskan detail.
Sebuah pengalaman tak terlupa ketika suatu hari saya pulang dari sebuah
keperluan. Saat itu berada di stasiun Manggarai hendak ke Serpong. Malam sudah
larut. Saya menunggu commuter line ke
arah Tanah Abang. Terlalu lama menunggu hingga muncul kekhawatiran bagaimana
jika commuter line terakhir dari
stasiun Tanah Abang ke Serpong sudah berangkat? Segera saya menghubungi petugas
di stasiun Manggarai dan menyampaikan masalah. Benar saja! Commuter line terakhir dari stasiun Tanah Abang ke Serpong sebentar
lagi berangkat.
“Selamat malam. Tolong
tunda keberangkatan ke Serpong, ini masih ada penumpang tertunda di Manggarai,
sepuluh menit lagi krl datang.
Bagaimana, jelas?” ucap si Bapak berseragam putih biru.
“Siap. Bisa diterima,”
kurang lebih seperti itu suara yang bisa saya tangkap.
Lega rasanya. Saya
langsung mengucapkan terima kasih dan buru-buru kembali ke peron.
Kereta
Api Masa Depan
Di setiap menempuh
perjalanan kereta api, ada semacam angan-angan yang menggelitik. Setiap
melakukan perjalanan kereta saya selalu membawa bacaan. Majalah atau buku itu
saya nikmati jika tak ingin tidur di perjalanan. Hanya kadang-kadang kenikmatan
membaca itu terusik oleh teriakan atau tangisan anak kecil yang sulit berhenti
sepanjang perjalanan. Saya lalu membayangkan betapa nikmatnya seandainya
tersedia gerbong perpustakaan mini selain gerbong restorasi di dalam kereta.
Saya dan penumpang lain yang terganggu suara histeris anak-anak bisa berpindah
ke gerbong perpuskaan. Anak-anak yang rewel pun barangkali bisa terhibur dengan
menikmati bacaan di gerbong perpustakaan
Jika
PT KAI berhasil melengkapi fasilitas perpustakaan atau rail library pada generasi terbaru rail clinic maka mudah-mudahan suatu saat tersedia juga sebuah
perpustakaan nyaman di gerbong kereta.
Saya membayangkan
betapa semakin nyaman perjalanan jika saya bisa melahap buku sepanjang
perjalanan. Bahkan, sebagai seorang yang menyukai dunia membaca dan menulis,
saya berangan-angan suatu hari bisa menjembatani antara PT KAI dengan Penerbit buku
dalam hal pengadaan buku untuk perpustakaan di gerbong kereta.
![]() | ||
Ilustrasi Gambar: Alindi. Semoga suatu hari ada perpustakaan di gerbong kereta. |
Hari ini saya kembali
duduk di atas kereta untuk menempuh perjalanan ke luar kota. Saya tersenyum.
Perasaan kesal saat berkereta puluhan tahun silam itu kini berubah menjadi
sebuah keriangan tersendiri setiap kali memasuki pintu gerbong kereta. Ada perasaan
bangga mengalir yang sulit diceritakan, serupa perasaan seorang Ibu yang
menyaksikan keberhasilan putra-putrinya dalam mewujudkan cita-citanya setelah
sekian waktu berjuang.
Saya telah membuktikan bahwa kinerja PT Kereta Api
Indonesia semakin baik dari waktu ke waktu. Tidak mengherankan jika akhirnya
tahun ini PT KAI berhasil meraih dua penghargaan, yakni Juara Dua Kategori Tata
Kelola Terbaik dan Juara Satu Kategori Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Terbaik. Semoga kinerja PT KAI akan terus membaik dan mampu menjawab harapan
seluruh masyarakat Indonesia. Harapan kami semoga PT KAI terus memperbaiki semua unit dan meningkatkan upaya keamanan serta keselamatan sehingga semakin berkurang angka
kecelakaan kereta api di Indonesia. Selamat Hari Kereta Api yang ke-72.
Serpong, 19 September 2017
Santienuur Kaf
Penulis Lepas
Ig: shainakaf
Ctt: Tulisan ini sedang diikutsertakan dalam lomba menulis artikel yang diadakan PT KAI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar