Jumat, 28 September 2018

Stunting: Calon Ibu Harus Tahu

"Anak gadis makannya dijaga. Rajin makan buah dan sayur, biar bayinya nanti sehat dan panjang umur."

 

Begitulah kira-kira nasihat ibu yang masih saya ingat hingga detik ini. Saat itu, saya menanggapi kalimat ibu dengan gelak tawa. Bagaimana tidak? Usia saya masih belasan tahun kala itu.

Masih senang kumpul teman-teman sekolah. Main dan ngobrol sana sini. Seru! Hingga beberapa tahun kemudian, nasihat ibu itu terulang. Dengan kalimat dan nada yang nyaris sama. Bedanya, kala itu saya tengah 'berbadan dua'.

Hidup di rantau, jauh dari orang tua, bukan hal mudah bagi saya menghadapi kehamilan pertama. Hampir setiap hari saya menghubunyi ibu melalui telepon. Ibu selalu berpesan agar saya menjaga makanan; makan hanya yang bergizi saja, rajin makan buah dan sayur, cukup istirahat, tidak boleh stres, dan sederet pesan seputar menjaga kehamilan pertama.


Beberapa produk jamu dan obat tradisional yang terjaring oleh BPOM karena mengandung BKO. Sumber: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id


Ibu juga melarang saya mengonsumsi jamu gendhong. Ibu tahu persis semasa gadis saya suka minum jamu gendhong. Saya ikuti semua saran ibu tanpa mau berdebat. Begitu pula saat ibu melarang minum obat selain dari resep dokter. Belum lagi perihal kebersihan peralatan makan, kebersihan air di rumah, dan kebiasaan mencuci tangan.

Setiap berkesempatan mengunjungi kami, ibu mengecek langsung piranti makan. Ibu juga mengajari asisten rumah tangga bagaimana mencuci sayur dan buah.

"Dicuci dengan air mengalir sampai bersih, jangan cuma direndam. Tanaman sekarang sering mengandung hama, tidak seperti jaman Ibu dulu."

Begitulah kira-kira...

Putaran waktu berlalu. Saya telah mengandung dan melahirkan tiga buah hati. Ketiganya minum ASI hingga usia dua tahun. Ketiganya rajin mendatangi posyandu di masa pertumbuhannya. Alhamdulillah ketiganya sehat dan lincah.

Sementara itu...

Media nusantara memberitakan, di sejumlah daerah terdapat kasus janin meninggal dalam kandungan, bayi terlahir kondisi kurang sempurna, serta balita yang mengalami kegagalan pertumbuhan. Anak usia dua tahun belum mampu duduk sendiri, tulang lemah dan kecil tidak berdaya, serta respon yang kurang di usianya.

Gangguan tumbuh kembang bayi tersebut dikenal sebagai stunting. Stunting terjadi mulai janin dalam kandungan. Salah satu penyebabnya adalah gizi buruk si ibu saat mengandung sehingga memengaruhi asupan gizi pada si janin. Kekurangan gizi semasa dalam kandungan tersebut berlanjut hingga kelahiran. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan bayi pun terhambat.

Faktor Penyebab Stunting 


  • Gizi buruk. Gizi buruk calon ibu saat mengandung janin sangat memengaruhi kondisi kesehatan janin. Pertumbuhan dan perkembangan janin menjadi terhambat. Gizi buruk menyebabkan calon ibu mengalami anemia dan kekurangan gizi. Keadaan ini semakin parah jika selama masa menyusui, asupan gizi ibu masih kurang mencukupi. Misalnya, bayi yang seharusnya minum ASI selama enam bulan, terpaksa minum air putih. Keadaan ini bisa menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi terhambat.
  • Sanitasi buruk. Kebersihan lingkungan dan sanitasi sangat berpengaruh. Lingkungan dan sanitasi yang kurang memadai mengundang datangnya kuman dan bakteri penyebab infeksi. Kontaminasi bakteri bisa terjadi melalui peralatan dapur dan peralatan rumah tangga lainnya. Kebiasaan kurang menjaga kebersihan menyebabkan anak rentan terhadap penyakit infeksi saluran pencernaan maupun cacingan. Kondisi ini menghambat tumbuh kembang bayi.
  • Kesadaran masyarakat rendah. Masalah stunting masih dianggap sebagai tanggung jawab dinas kesehatan dan pihak terkait lainnya. Akibatnya, masyarakat kurang peduli terhadap bahaya dan usaha pencegahan stunting. Seharusnya, kasus stunting adalah tanggung jawab bersama mulai dari lingkup keluarga, mencakup seluruh strata ekonomi. Kasus janin meninggal dalam kandungan, bayi terlahir cacat, serta pertumbuhan bayi yang terhambat masih dianggap hal yang wajar. Belum menjadi sesuatu yang seharusnya bisa dicegah.
Untuk itu diperlukan sejumlah usaha pencegahan stunting. Berikut sejumlah usaha yang bisa dilakukan.
  
Usaha Pencegahan Stunting
  • Membiasakan diri selalu mencuci tangan hingga bersih sebelum menyentuh makanan, setiap pulang dari bepergian, serta setiap memulai dan mengakhiri pekerjaan. Stunting bisa bermula dari kurangnya menjaga kebersihan diri.

  • Pentingnya persiapan khusus sebelum menjadi seorang ibu. Mengingat kasus stunting masih cukup tinggi di Indonesia, maka diperlukan kesadaran bagi semua calon ibu untuk mengenal stunting. Di era globalisasi seperti sekarang ini, sangat mudah mencari informasi mengenai stunting dan cara menghindarinya.
  • Perlunya kerja sama tenaga kesehatan dengan masyarakat khususnya di daerah yang berpotensi mengalami kasus stunting. Pihak tenaga kesehatan bersama aparat setempat secara rutin mengadakan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan stunting.
  • Menjadikan posyandu sebagai sarana menyampaikan informasi tentang bahaya stunting agar masyarakat bersama-sama melakukan pencegahan stunting misalnya dengan bergotong royong membersihan sarana sanitasi. Sebab kurangnya kebersihan sanitasi bisa mengundang kuman penyebab infeksi, yang bisa memicu muculnya stunting. 
  • Diperlukan adanya pengarahan khusus pada masyarakat tentang bahaya mengonsumsi obat atau jamu tanpa label BPOM. Jamu-jamu yang mengandung BKO (Bahan Kimia Obat) sangat berbahaya bagi kesehatan khususnya bagi ibu yang sedang mengandung.  
  • Mengentas angka kemiskinan. Walaupun tidak berkaitan langsung dengan stunting, keadaan ekonomi berpengaruh pada kemampuan daya beli seseorang. Seorang calon ibu atau ibu menyusui seharusnya mengonsumsi makanan bergizi, terpaksa makan seadanya. Anak dalam masa pertumbuhan seharusnya makan empat sehat lima sempurna, terpaksa makan apa yang ada.

Sehubungan dengan upaya pencegahan kasus stunting, maka pada tanggal 16 September 2018 bertempat di Monumen Nasional, pemerintah menyerukan dimulainya Kampanye Nasional Pencegahan Stunting.


Kampanye Nasional Pencegahan Stunting Sumber: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id


Acara deklarasi pencegahan stunting dihadiri oleh Kepala Staf Kepresidenan (Moeldoko), Menteri Kesehatan RI (Nila Farid Moeloek), Gubernur DKI Jakarta (Anies Baswedan) bersama istri (Fery Farhati Ganis), Gubernur Banten (Wahidin Halim), Wakil Gubernur DI Yogyakarta (Sri Paduka Paku Alam X), Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK (Sigit Priohutomo), serta Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI (Kirana Pritasari). Mereka bersama-sama membubuhkan tanda telapak tangan sebagai bentuk pesan bahwa mencegah stunting itu penting.
Deklarasi tersebut menjadi titik awal penyadaran masyarakat luas tentang bahaya stunting. Diharapkan dengan memahami bahaya stunting, muncul kesadaran pada setiap individu khususnya bagi para calon ibu untuk mencegah stunting sejak dini. Dengan demikian angka kasus stunting di Indonesia bisa ditekan.

Sementara itu  pada kesempatan lain, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Harsi Dewantari Kusumaningrum mengatakan bahwa produk pangan yang masuk ke dalam rumah tangga, sekitar 50% tercemar bakteri penyebab penyakit. Maka peran ibu rumah tangga dalam mengolah bahan pangan menjadi sangat penting.

Beliau menambahkan bahwa bakteri mucul melalui berbagai media, di antaranya, bakteri yang bersumber dari bahan pangan itu sendiri, seperti buah-buahan dan sayuran. Bakteri tersebut dari tanah, pupuk, dan air. Begitu pula daging dan susu. Pencemaran bakteri bisa berasal dari cara penyembelihan yang tidak sesuai proses sehingga tidak steril.

“Sebetulnya higiene-nya dari kita sendiri, tangan. Tangan kita itu membawa bakteri staphylococcus aureus yang bisa menghasilkan toksin yang bisa menyebabkan keracunan pada tangan,” terang Prof. Harsi.


"Masaklah pangan dengan benar," tutur Prof. Harsi. Sumber: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id

Sampai di sini bisa ditarik kesimpulan bahwa bahaya stunting bisa dicegah sejak dini, bahkan sejak janin belum dikandung. Peran calon ibu, orang tua, keluarga, masyarakat setempat, serta seluruh pihak terkait sangat berpengaruh dalam usaha mengurangi angka stunting di Indonesia. Indonesia sehat dan pencegahan stunting harus terus digalakkan.

Saya bersyukur memiliki ibu yang peduli pada anak gadisnya, yang jauh-jauh hari menggaungkan bahaya stunting. Saya yakin, pada saat itu, ibu belum mengenal istilah stunting. Akan tetapi, apa yang disampaikan ibu pada saat saya remaja adalah bentuk usaha pencegahan stunting. Semoga beliau tenang dan bahagia di alam keabadian.

Selamat Hari Kesehatan Nasional (HKN) Indonesia tanggal 12 November 2018. Selamat Indonesia Sehat dan Pencegahan Stunting.


Sumber bacaan:
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id







Tidak ada komentar:

Posting Komentar