Selasa, 22 Mei 2018

Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur


Bersyukur di tiap keadaan, agar bertambah nikmat Allah untuk kita.

    


            Sebut saja namanya, Yanti, pelajar SMU kelas X di kota N tidak pernah memilih peran sebagai gadis cadel. Ia tidak ingin menjadi bahan ejekan setiap bicara di kelas, kantin, atau halaman sekolah. Namun jika takdir menggariskan Yanti sebagai gadis yang bicaranya kurang jelas, terkesan seperti balita belajar mengeja kata, siapa yang sanggup menolak? 

            “Aku malu, tiap bicala semua teltawa, hiks...” isak Yanti pada pundak Siti, teman sebangkunya.
            “Sudahlah, biarin saja, toh nilai kamu selalu tinggi di kelas,” hibur Siti.
            Yanti mengangguk. “Iya, tapi meleka teltawa teyus dengal sualaku.”
            “Sudahlah...” Siti kembali menghibur kali ini sambil makan tahu goreng pemberianYanti. “Makasih, tahumu empuk dan gurih.”

            Putaran waktu berlalu. Yanti ingin melanjutkan kuliah namun apa daya, orang tuanya minta Yanti bekerja satu atau dua tahun dulu, setelah itu baru kuliah. Keterbatasan biaya menjadi kendala untuk orang tua Yanti yang memiliki lima orang anak. Yanti anak pertama.

Dengan penuh rasa syukur, Yanti turuti keinginan orang tuanya. Ia kemudian membantu orang tuanya mengurus usaha pembuatan tahu di kampungnya. Nilai matematika Yanti yang selalu menonjol selama sekolah terlihat di sini. Yanti begitu pintar mengitung rugi laba usaha tahu milik orang tuanya. Bahkan Yanti bisa memberi masukan pada orang tuanya cara menghemat biaya agar laba lebih banyak didapat tanpa mengurangi kualitas tahu.

            Dua tahun setelah terjun di pembuatan tahu, Yanti mendapat kepercayaan mengelola usaha tahu yang sengaja disiapkan orang tuanya untuk Yanti. Yanti menurut. Tak sedikit pun ia berani membantah. Toh keinginan orang tuanya bukan sesuatu yang melanggar nilai agama.

Dua belas bulan Yanti mengelola usaha tahu, nama tahu ‘Yan’ sangat terkenal di daerahnya bahkan hingga keluar kota. Nasib baik Yanti masih berlanjut. Ia kemudian diperistri seorang pengusaha yang sangat tertarik pada keuletan Yanti dalam berbisnis. Yanti bahagia dan bersyukur atas skenario langit yang ditujukan padanya.
***
Kisah Yanti di atas mengingatkan saya pada nasihat almarhumah Ibu untuk ketiga anaknya. Teman-teman barangkali juga pernah mendengar ucapan orang tua yang kurang lebih seperti ini, ucapan orang tua untuk anaknya itu malati atau akan terbukti. Maksudnya, bahwa setiap kalimat orang tua untuk putra putrinya langsung tertulis di buku catatan Malaikat, dan hak Allah untuk  mengabulkan atau menggantinya dengan sesuatu menurut kehendakNya. Jika ucapan orang tua untuk anaknya adalah kebaikan, alhamdulillah, sebab cepat atau lambat kebaikan sebagaimana yang terucap dari mulut orang tua akan terwujud. Pun sebaliknya, jika ucapan itu mengandung celaka, sebagai anak maka tentu harus segera istighfar dan memohon maaf pada orang tua. Bisa jadi kalimat tersebut keluar oleh beratnya perasaan orang tua menahan marah atau hilangnya kesabaran orang tua melihat kelakuan anaknya.

Sikap Yanti menghadapi keputusan orang tuanya untuk menunda kuliah diterimanya dengan penuh rasa syukur. Walaupun bekerja di perusahaan tahu bukanlah cita-citanya, Yanti tetap melakukan pekerjaan penuh rasa syukur dan tanggung jawab. 

Sikap Yanti tersebut mengingatkan kita pada firman Allah. Kami telah mengaruniakan hikmat kebijaksaan kepada Luqman: “Bersyukurlah kepada Allah! Sebab barangsiapa yang bersyukur, berarti ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan terpuji.” (Al-Luqman: 12)

Ayat di atas menjelaskan bahwa efek bersyukur atas nikmat-nikmat Allah akan kembali pada hambaNya. Allah akan menambah nikmat jika hambaNya pandai bersyukur dan seandainya terdapat hamba Allah yang tidak bersyukur maka Allah tetap Maha Kaya dan terpuji. Subhanaallah.

Janji Allah bahwa jika hambaNya bersyukur maka akan mendapat nikmat lainnya terlihat pada keberhasilan Yanti dalam mengurus perusahaan tahu. Ia tidak menduga jika niatnya membantu orang tua akan mengantarkan dirinya menjadi pengusaha tahu dan disunting seorang pengusaha. Yanti yang cadel, yang selalu menjadi bahan tawaan teman-teman sekolah, tak lagi mempermasalahkan kekurangannya. Sebab menurutnya, nikmat Allah jauh lebih besar dibandingkan kelemahannya itu.

Bersyukur pada apapun yang kita miliki akan mengundang nikmat Allah lainnya. Bersyukur tinggal di kampung jauh dari gemerlap kota, maka Allah memberi nikmat udara segar melimpah ruah. Coba kalau harus membayar biaya udara segar jauh polusi setiap hari, sudah berapa duit melayang. Bisa-bisa nasib dompet seperti bawang merah, yang jika dibuka langsung ingin menyeka air mata. Duh, melas. Bersyukur belum punya gadget terbaru seperti milik teman, coba kalau punya hape seharga tujuh juta rupiah terus pas jalan-jalan di mall, teman-teman minta ditraktir minum. Masak iya mau menggiring mereka keluar, lalu beli es teh saja di pinggir trotoar. Bersyukur kalau ke sekolah naik angkot atau nebeng teman atau diantar Bang Ojek walaupun maksud hati bisa naik kendaraan pribadi. Tapi itu berarti harus bangun dan berangkat pagi-pagi, jika tidak ingin terlambat sekolah terlebih yang bertempat tiinggal di kota besar penuh kemacetan.

Dari contoh di atas, bisa dipahami bahwa ternyata banyak cara bersyukur atas seluruh nikmat yang diberikan Allah untuk hambaNya. Kita harus pandai mensyukuri nikmat yang diberikan gratis olehNya. Terbayang tidak, seandainya kita harus membayar biaya bernapas setiap hari, atau tidak usah sehari. Satu jam saja. Misalnya, tarif bernapas lega tanpa oksigen sekarang Rp10,000,00 per jam. Naik 20% dari bulan kemarin karena saat ini polusi udara merebak di mana-mana. Coba teman-teman itung, berapa total tagihan untuk bernapas sehari? Yup, totalnya Rp240.000,00 sehari. Itu satu orang. Kalau seisi rumah lima orang? Berapa total tagihan seminggu? Satu bulan? Satu tahun? 

Apakah hanya nikmat yang bersifat materi saja yang harus disyukuri? Yang untuk mendapatkannya harus dengan rupiah? Yang untuk memilikinya harus bersusah payah? Tidak!
Yuk kita merenung sebentar. Apakah untuk memiliki Ibu dan Ayah, Emak dan Bapak, Mama dan Papa, Mami dan Papi, Mommy and Daddy sekarang ini, teman-teman harus memesan khusus pada Allah SWT? (Eh tau gak sih, ajib dech punya nyokap bokap baik, penyayang, keren. Dulu kan emang gue udah order ama Allah sebelum ortu lahir ke dunia). Tentu tidak seperti itu cara kedua orang tua berada di bumi ini. Mereka ada atas kehendakNya lalu ditakdirkanlah sebagai perantara teman-teman lahir di dunia. Lewat kemurahan Allah teman-teman punya orang tua yang penyayang dan penuh kasih; yang tidak tidur sepanjang malam setiap buah hatinya sakit, yang tidak berhenti bekerja sebab anaknya minta baju lebaran, yang harus menjual sebagian harta demi sekolah anak, yang rela kulitnya terbakar matahari di tengah sawah untuk cita-cita anak, dan masih banyak bentuk kasih sayang orang tua pada anaknya. Tidak dipungkiri ada sebagian orang tua tega berbuat jahat kepada anaknya dan itupun atas kehendak Allah yang hanya Ia yang tahu maksudnya sebab pada dasarnya semua orang tua sangat menyayangi anaknya.

Lalu, sudahkah kita bersyukur atas nikmat ini? Sudahkah kita bersyukur memiliki saudara kandung; adik, kakak, yang keberadaan mereka walau sering menyebalkan tetap bikin kangen jika berjauhan? Sudahkah kita bersyukur punya sahabat yang mengerti perasaan, yang bersedia menjadi tempat curhat ketika kita enggan bercerita pada orang tua dan saudara? Sudahka kita bersyukur memiliki tetangga sebaya yang peduli? Bukan saudara jauh yang datang pertama saat kita terbaring sakit, melainkan tetangga baik. Sudahkah kita bersyukur bertemu guru yang mampu membimbing, sabar menerima kekurangan, tidak bosan menasihati demi kemajuan prestasi, dan bersedia mengganti posisi orang tua di sekolah? Semoga Allah melipatgandakan rasa syukur ini sehingga bertambah terus karunia Allah untuk kita. Aamiin.
“Maka ingatlah kepadaKu, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu ingkar kepadaKu.” (Al-Baqarah: 152)        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar